Wednesday, June 28, 2006

TENTANG MERCUSUAR

Kokoh menjulang sendirian, di tepian pantai mencekam. Diterpa angin badai dihempas ombak membentur didinding kokoh kesepian. Kau hanya berteman camar dan walet yang hilir mudik diatas kepalamu, masuk melalui celah jendela, dan bertengger di tangga menuju puncakmu.

Kau memeberi terang, penunjuk jalan bagi nakhoda yang kehilangan arah. Kompasnya mungkin rusak, atau bahkan tak berfungsi lagi. Kau juga membantu ketika nakhoda hendak menepi, nyaris terbentur cadas untuk kemudian karam. Kau berjasa wahai mercusuar.

Kau penerang bagi jiwa dilanda gelap, penuntun arah bagi hati yang kehilangan kompas. Mulialah kau wahai dinding berlampu yang menjulang tinggi.

Tapi sayang, kau sendiri kegelapan karena terangmu kau bagi. Kau beri untuk pengemudi perahu hati. Kemudian perahupun menepi, menghampiri marcusuar yang tak letih berdiri di tepi. Satu, dua, tiga perahu datang. Ada nakhoda kapal besar, ada nelayan berperahu kecil, bahkan seseorang yang hanya terdampar di tepian pantai di tempat keberadaanmu. Mereka datang, berlindap di kokohmu, dan kau memberi nyamanmu, perlindungan di teduhmu, dari hujan badai yang membasahi mereka. Kau biarkan nakhoda kapal besar, nelayan, serta pengembara yang terdampar itu memanjat ke pucakmu. Merasakan hangat pijar lampumu lebih dekat ketika dingin menyergap. Tapi apa kau tau wahai mercusuar? Mereka letih, terlalu curam dan banyak anak tangga yang harus mereka lewati untuk mencapai puncakmu. Dan ketika sampai di sana...di puncakmu, kau hanya mampu memberi hangatmu, pada salah satu diantara mereka yang telah bersusah payah menggapaimu. Kau abaikan yang lainnya, yang kelelahan hampir mati kehilangan pegangan.

Nai 2006 Silent Sunday

Comments: Post a Comment

Subscribe to Post Comments [Atom]





<< Home

This page is powered by Blogger. Isn't yours?

Subscribe to Posts [Atom]