Wednesday, February 28, 2007

Engkau Yang Menawarkan Bisu

Kenapa harus aku?
yang mengangkuti bertonton katakata tumpah
di setapak hingga tubir jurang itu
Padahal sebetulnya...
aku ingin kau ada
Sekedar disana saja
cukuplah..

Namun kau menawarkan bisu
Kata yang kutingkahi berpeluh
Bisumu pekat
Pahit yang menagih lagi
Ingin yang tak terbayar
Oleh janji dan katakata
kecuali oleh bisumu

Kau tau...
Aku telah menyediakan
separuh bangku kosong
untukmu ...

Aku ingin berbagi sepotong bulan
separuh bintang...
dan pendar mercuri tersapu kabut

Tapi hanya bisu saja yang kau beri
lain tidak...

bisumu indah...
meski mencekik

Burung Pemakan Bangkai

Belum tiba juga
Burungburung pemakan bangkai
Sementara jasad dipenuhi belatung;
berpesta pora merayakan kemenangannya
mengunyah jantung, hati dan organ lainnya
Mengapa belum tiba juga?
Anyir darah menyeruak
menguap bersama pertikel debu disirap panas

Belum tiba juga...

Jasad ini tlah membusuk
Atau biarkan saja menjadi humus?
Lebur...dimakan renik
Ah..aku jasad yang menunggu burung pemakan bangkai itu


Nai/patangpuluhan 2007

Sunday, February 25, 2007

Hujan Lebat Dan Semangkuk Senja Hangat

Lihat..
Hujan lebat di luar sana
Langit bagaikan menangis
Koyaklah awan, tak mampu menyimpan ribuan kubik air
Curah...basah...

Orang orang memilih berteduh di emperan toko itu,
Mengangkat tinggitinggi rok mereka
Merapatkan duduk ; bangkubangku panjang warung bakso
Sekedar mencari hangat diantara kulit yang bersentuhan

Aku hanya melempar pandang jauh ke depan
Memandang iri..pada sepasang sejoli ; saling bergenggaman jemari

Ah .. biarkan saja
Mari kita nikmati
Hujan lebat..
Dan semangkuk senja yang hangat
Juga kerling sepasang mata teduh
Di ujung jalan itu.

Nai/23 Februari 2007

Sisa Perjalanan Yang Membatu

Ketika menitmenit terburai
Beku menjadi bangkai waktu
Aku memilih terbang dengan sayap rapuh
Meninggalkan sejenak nyataku
Menghamburkan semua isi hati
Mengikuti panggilan lirih yang menggema pada langit tak bertuan

Dari jauh ku lihat...
Sisa perjalanan kita membatu
Menjadi prasasti tegak kokoh seumpama monumen
Akan tetap menjulang
Terpahat menjadi sejarah

Tak lekang…
Tak lekang…
Meski hati ini sudah menjadi arang

Nai/230207

Suatu Pagi di Bulan Februari

Suatu pagi di bulan Februari
Setia rinai menemani
Menyapa sepi menggerogoti hati
Mengaburkan pandang mata juga hati

Puisiku menguap
Seperti titik air di kaca jendela di hadapanmu
Musnah disiram mentari
Namun...hirup saja udara di sekelilingmu

Seumpama udara
Akan kupompa jantungmu agar tetap berdenyut
Akan kuisi bilik hatimu dengan nyayiannyanyian do-re-mi
Buang segala cemas hati
Yang selalu menguntit tatih

Suatu pagi di bulan Februari
Kuantar keping hati kembali
Pada sejati di mana pijar bintang menanti
Berlarilah kemari lagi
Jika letih hati menghampiri

Nai/240207

Kemarin

Kemarin...
Tak ada rangkaian kata indah
Katakata beku tenggelam dalam dekapmu
Karam dalam laut matamu
Detakmu..gemuruhku...
Tersimpan rapi
Di dalam lacilaci terkunci

Kemarin...
Ku biarkan kau
Datang dan pergi dalam puisiku
Memilih syair kisah sendiri
Memilih notasi untuk bernyanyi

Kemarin
Kubiarkan semua pergi
Mati...
Menyisakan kamboja kering di hati

Kemarin..
Tak ada lagi...

Nai/Bugisan 2007

Tuesday, February 20, 2007

gerimis itu mengambang pada sebuah puisi
guntingan tetesnya menghambat kata jadi senyap dalam diam dari cakap.
tapi getar itu merambat dari setiap sudut meja marmer
dan mengapung bersama ruap secangkir coklat panas
yang mengekalkan catatan akan sebuah ingatan : keindahan dari tiap pertemuan yang mengantar kita pada kekal
semoga...


Sapardi



*)Kupungut puisi yang tercecer disela sunyi

Saturday, February 10, 2007

:N

Do all that you can
With all power you hold
To make your very the best choices
In all you behold

Admire and adore
behold
and then wake

You must go
And leave it behind
Do not try to keep
Only pain will you find

Just remember
Life is lesson
Be strong...
You are not going to die


*)Menangislah sahabat, ini aku pinjamkan bahu untukmu

Friday, February 02, 2007

Ada dalam Tiada

Kuhapus tepi bayangmu
Yang merajai setiap bidang datar sadar dan lamunku
Bukan tak ingin...
Namun...bukankah kau tlah menjelma ada ?
Di waktu yang seharusnya kau ada
Lalu untuk apa lagi bayang ?
Jika kau tlah nyata ada
Meruang dalam setiap rongga

Nah..
Ketika matahari rekah di ufuk
Mari bersama melipat lalu
Bergegas gapai harap
yang menanti di ujung bianglala

This page is powered by Blogger. Isn't yours?

Subscribe to Posts [Atom]