Tuesday, July 25, 2006

Lewat angin yang membisik lembut
Kujumpai jejak nyaris terhapus
Pada daun, pasir, dan debu, juga pada ilalang
Angguknya lemah di tangkai kokoh
Butirnya yang berkilauan tersamar debu
dan liuknya indah seirama angin

Hirup udara segar hari ini
Rasakan tetes embun pagi ini

Saatnya menari lagi
Benyanyi dengan alunan melodi
juga lirik yang kupahat di relung hati
semalaman tadi

Meski rembulan padam saat ini
Tapi, yakinlah purnama akan hadir lagi
menemani

*Untuk Say...yuk menari lagi

Monday, July 24, 2006

Ku Ingin Karam

Kutitipkan resah
Pada ombak yang mencumbui bibir pantai senja ini
Pada pepasir berserak
Pada buih
Pada camar yang sesekali hinggap

Kukuburkan resah
Di kedalaman laut selatan menghampar di hadapan

Senja mulai tua
Air pasang
Kularung segala rasa
Kuhanyutkan semuanya ditegahnya
Gelombang menderu mencampakkannya
Menolakknya
Tinggalah aku, keletihan membawanya

Kuingin karam saja
Di kedalaman samudera tak bertuan ini.

Nai/070706 18.16

Tuesday, July 18, 2006

MATI...

Tak ada kesempatan buatku
Untuk menoleh sekali lagi

Tak ada kopi panas
Tak ada wangi melati
Tak ada kuncup anggrek
Pun bunga matahari

Semuanya mati
Semati jiwaku saat ini

Nai/Bugisan 130706

Monday, July 17, 2006

TENTANG ORION

Di saat semua penghuni bumi menarik selimutnya, kemudian terlelap menjemput mimpi. Kala penghuni langit memilih untuk diam di tempatnya atau berputar teratur pada orbitnya, dan di saat langit menjadi pekat ditemani sunyi, kau hadir menjulang berkilauan di tengah puluhan rasi bintang yang mengepungmu. Gagah dengan busur dan anak panahmu yang siap kau lesatkan.

Terperangah aku menatapmu. Kita bersebelahan..berdampingan bahkan, aku di sebelah selatanmu. Namun sayang, kita saling menikmati diam. Diam yang mungkin kau nilai suatu sikap paling benar dari sekian banyak laku yang menyudutkan. Diam yang mengasingkan , menjauhkan raga dan hati yang dipenuhi tanya yang aku tau tak kan berjawab hingga di ujung waktu. Aku tertunduk saja, dengan cahaya lemah di bulan yang tak layak untuk pijarku. Kucuri pandang sesekali hanya untuk menyaksikan kelebatmu di rimba angkasa raya.

Kutanya pada vela, bintang yang lebih dulu padam dalam sejarah, hanya sekedar menanyakan bagaimana rasanya padam. "sakit"jawab vela lirih. Vela yang lebih dahulu mengalami supernova, bintang bintang yang bertubrukan, pacah, kemudian padam, MATI...Namun sebelum padam, sinarnya terang, indah mempesonakan.

Bila waktu itu kan tiba, menagihku untuk mengalami hal yang serupa. Bersinar terang kemudian padam. Biar kulihat saja Orion bersanding gagah, dengan rasi bintang indah di sebelahnya. Biar kucatat saja, dalam lembaran buku sejarah tata surya. Dan aku dalam gugusan bintang yang menanti padam menjelang.

*Ketika hujan rintik membasahi pipi
Nai/Bugisan 130706

Friday, July 14, 2006

MADNESS

Tik tok..tik tok
Detik jam dinding memekakkan telingaku yang ingin sunyi
Cicit anak ayam kehilangan induknya
Kokok ayam jantan
Decak cicak tak berdosa di dinding
Riuh kendaraan
Pening..
Hampir pecah tempurung kepala ini dibuatnya

Lagi...
Berdenging denging
Berdentum di sana sini
Mengaduk aduk isi kepala
Membuatnya berputar tak tentu arah

Aku gila?

Nai/130706

Thursday, July 13, 2006

Dalam balutan hati compang camping
Kuberlari membawa angan
Terbang bersama angin
Melewati lorong waktu lusuh dan kusam

Nyanyian kecil kusenandungkan
Pengusir sepi hati yang berkutat dalam kesendirian

Petak petak sawah
Kebun tebu
Dan pematang...
Ikut bernyanyi
Lirih menemani

Aku mengusung nyali
Kukumpulkan kekuatan hati
Berbantu angin senja menyegarkan
Terserap pori menerobos sunyi


Nai/Jogja-Sanden 040706

Wednesday, July 12, 2006

Malam

Dan...
Malam tak lagi berpihak
Padaku sebagai pemujanya
Di tepi jurang kini aku berdiri
Menutup mata karena ngeri
Hati yang berserpih terhempas tadi

Tentang tungku yang menyala
Yang kucoba paksa padamkan
ciptakan jelaga

Sunyi

Dan...
Malam yang menggeliat
tak lagi berpihak
Padaku, pemujanya

Nai/Bugisan

Sunday, July 09, 2006

Bongkahan Sesal dan Sepenggal Maaf

Tak guna sesal...
Tak akan merubah apapun atas apapun

Maafkan aku
Meruntuhkan indah mimpi negeri di awanmu.

*untuk sahabatku yang tersakiti

Nai/Silent Sunday

Thursday, July 06, 2006

ABSTRAKSI

Garang matahari menyapa kelu
Di sudut ruangan warung kenangan
Menawarkan cerita usang yang ingin aku urai kembali
Menjajakan harapan yang dulu begitu murah kudapatkan
Di sudut ruangan warung kenangan
Duduk Menghadap jalan kecil
Hiruk pikuk tak terhiraukan
Otak sibuk mengaduk aduk hati dengan sedotan Tanya

Angin meniup lembut
Sejuk merayapi setiap inchi bathin

Dunia di luar jendela sana
Seperti ruang tak terjamah

Aku...dalam lampau waktu yang mengantarkanku
Di dimensi ruang abtrak, hati tak terbaca
Sesiapapun kecuali aku...

Nai,
Wirobrajan/040706

Wednesday, July 05, 2006

Tentang Kenangan

Melewati jalan kenangan
Menelisik kenangan yang berhamburan
Kupunguti bayang tercecer
Panas menyengat...
Debu beterbangan dihempas hempaskan angin
Terhirup...
Polutan bagi oksigen di rongga dada
Hadirkan sesak

Aspal mengkilat
Ciptakan fatamorgana di sana sini
Dedaunan coklat tertutup debu

Empat tahun berlalu...
Masih kukais sisa kenangan tertimbun dendam
Di Arjuna, Nakula, Sadewa, Gatotkaca, dan sepanjang jalannya


Nai,
Wirobrajan/040706

This page is powered by Blogger. Isn't yours?

Subscribe to Posts [Atom]