Tuesday, July 31, 2007

Kemana?

Hujan tak lagi menukik menghujam tanah
Kerontang, retak-retak tanah
Debu berpesta pora terbang hinggap di mana ia suka
Lalu tiba tiba kau ada
Sekejap kemudian tiada
kemana?

Mengenang 24 Jam

Mengenang 24 jam
Tak lebih dari separuhnya, habis terburai
Tak percuma...
Langkah tersaruk dalam keterbatasan
Waktu mencekik
Tak banyak kata
Diam saja
Hati bicara
lamat-lamat dalam bisik
kerjap mata basah

perpisahan tlah dekat
tinggal satu kelokan lagi
satu tarikan nafas
dan smua akan hilang
entah menjelma apa?
entah akan lebur bersama apa?

cuilan kisah yang dicipta
24 jam tak lama

Monday, July 09, 2007

June on July

Kudapati waktu yang kian meleleh di ujung malam
Membungkam nyali yang sedianya menjulang tinggi
Membubung di angkasa yang tak ada lagi rona matahari
meninggalkan lipatan nyeri di ulu hati

Aku datang...
Kau pulang...
Kita berjalan di setapak ketiadaan
Menyalakan api di tungku yang jelas jelas berjelaga
Kelam..

Angin tak juga mengganti musim
Mengganti kisah
yang entah akan menjadi apa?

Kita menciptakan dongeng
menukar kisah pada burung-burung camar yang memekik di kesunyian
Mengukir puisi di lembar-lembar kosong...putih
dalam hiruk pikuk perjalanan
menuju lautan makna yang bergelombang

*) Tamantirto, saat sore melenggang lengang

Dan aku kian asing di pelupukmu

Jika siang tadi
aku membiarkan matahari nyeri di cakrawala
maka sore ini
Hatiku sunyi
Kebisinganpun mati
Terpanggang angkuh kata yang hanya berjarak spasi

Bila di langit
Burung mulai menari
Berkeriap angin bersama gelombang
Mengapa kubiarkan api membakar sunyi ?
Tak menyisakan lembab sepetakpun
ranggas penuh amarah

Aku mengutuki diri
yang kini memunguti kepingan sejarah yang tumpah
Dan...
Aku kian asing di pelupukmu

Tuesday, July 03, 2007

Bila Tanganku Tak Lagi Mampu Menggenggammu

Bila dulu kau mencatat
semua hari yang kian lenyap
Begitupun aku
Tak ada yang bisa kita buat
selain membiarkannya benar-benar lenyap

tak apa...
seperti katamu
toh kita masih bisa memanggil kenangan bila kita ingin
ucapkan saja salam perpisahan
meski kelu di ujung lidah kita

Biarkan lenyap...
seringan meniup debu yang menghiasi meja kerja
waktu telah menjemput masa
dan sekaranglah saatnya
Tuk kemasi kepedihan imajinasi
tanganku tak lagi mampu menggenggammu


Tamantirto/2007


This page is powered by Blogger. Isn't yours?

Subscribe to Posts [Atom]