Friday, March 30, 2007

Sesiang ini Kota Seperti Mati

Kemana saja kau mengembara duhai angan
Kucari di laci
Gelas kopi tadi pagi
Tumpukan buku, surat kabar, dan majalah yang berserak

Tak kau lihat
matahari garang di cakrawalaku
Menjilat atap gedung yang angkuh
Membuat angsa memilih berteduh
Tertegun di tepi kolam batu

Aku masih menanti...
ditemani rasa yang kian menjulang tinggi
tak perduli detak arloji yang memukul hati
dan obrolan siang tentang teori
antara logika dan hati
masih saja tak mencuri minat untuk dicermati

Sesiang ini kota seperti mati
Seperti batu terpanggang matahari

Tuesday, March 27, 2007

I came to see one night
and saw the chapters of my life.
Stopped at the point of meeting you
how i felt those feelings new.
I thought it ended there

you didn't know i was loving you
with my heart's glow.
I wondered why my heart beat for you
just like a mistle toe
it bursted there
revealing magnificent colors i can only glare.

Minutes seemed eternity with you around
with your presence blue skies would abound.
And on a falling star i wished that you
would somehow feel the way I do?.
Woke up with a tears one day,
that i molded hypocrisy of clay
chose to look your way
only to chase my blues away.

There's no use dreaming of you,
with my heart aches long overdue
I know somewhere, someone, somehow who's worthy of my love so true,
and maybe its not you.

Sebuah Persembahan Tanpa Makna

Bila saat ini kau menekuri malam
Menghitung ribuan tapak
Yang tertinggal terpupuk kenangan
Mengenyahkan sepi yang menggerogoti dinding nurani
Izinkan aku menemani bersama nyanyian bulan pucat
yang tak lelah bertengger di langit pekat

Kupanggil ribuan kunang-kunang
yang berkedip, replika gugusan bintang
Untuk menemani keping hati yang menanti siang
jangan pernah mempertanyakan
lagu apa yang pernah dinyanyikan kunang-kunang?
juga untuk apa ramarama terbang di pangkuan?

Bila kemarin kau membantuku
menyusut air mata yang membeku di sudut mata
Maka kini izinkanlah aku
Mengirim bait do'a
lewat sepoi angin malam yang kian menggigit tulang
Di awal hari jadimu

Semoga masih kau sediakan
jeda di hatimu..
biar setiap orang merasa mendapatkan tempat lapang dalam rahim keteduhan itu...

Selamat hari jadi sahabatku...


Untuk Uli dan Ia
25 Maret 2007

Thursday, March 15, 2007

Sweet G'Bye

i know you don't really see my worth
im not that strong
but it won't take a long...
won't take a long...

you'll see, i won't even miss you
i won't have to cry
sweet goodbye...

i'll be happy
even if i can't


Nai/Juli 2006

Mengapa dunia ini menjadi sangat aneh?

Mengapa dunia ini menjadi sangat aneh?
Ataukah aku yang sudah menjadi mahluk asing?
Tak paham bagaimana caranya untuk paham
Tak tau' bagaimana caranya untuk tau
Tak mengerti apapun...
Semuanya...

Mengapa dunia ini menjadi sangat aneh?
Ataukah aku yang telah menjelma rupa?
menjadi alien hijau menjijikkan
Terdampar di planet antah berantah
Tak tau' apaapa
apapun...

Mengapa dunia ini menjadi sangat aneh?
Ataukah ini bukan sebuah keanehan?
Aku masih tak tau'
Jiwa terlalu fakir untuk mengerti
Jiwa alien...
Yang terusik karena tercekik


Nai/ Bugisan 2007

Catatan Kecil Sang Pesakit

Kubiarkan saja
tanya yang kian membludak
Tumpahruah dari mangkuk kecil bernama benak
Tak jua kucoba untuk mencari jawabnya
Biarkan saja...
"Aku sudah tak hendak"
Bukan lelah...tak ingin saja
Lalu memilih menyerah
Pada waktu yang dengan seenaknya menghempas jiwa

Mungkin kita tak kan lupa
Pada detik yang kita sempat merasa ada
Jangankan menenggelamkan diri di sana
Menolehpun aku tak bisa
Hati mati...dan katakata menjadi basi

Kini...
Lupakan sakit di hati ; sudah tak ada lagi
yang dulu sengaja kau toreh
dengan kerismu yang bernama ; ENTAH

Nai/ Bugisan 2007

Saturday, March 10, 2007

Buat Aku Percaya

Aku menghamburkan tanya
di pangkuanmu duhai pujangga
Akankah kau menjawabnya, Iya...?
Memberi sedikit saja rasa percaya
Yang kini tertelan ombak riuh angkuh
di pantai cinta yang katanya milikmu

Buat aku percaya cinta...
Sekali saja

Biarkan Beku

Baitbait menjadi lagu
lamatlamat seperti bisu
dalam nada minor dan mayor abuabu
yang terbahak menertawakanku

Jemariku kelu
Nada menjadi pilu
Intonasi tak menentu
Bibir bersidekap tak ingin lagi memanggilmu

Biarkan beku

Kita Pernah

Pertanyaanku membeku diudara
Tercekat dalam bilik tak nyata namun ada
Mengembara...
Di angkasa bersama gemawan murung
tak perkasa

Aku memilih diam saja
Tak kuasa menahan ragu yang hendak muntah
di emperan toko juga di bisunya setapak lusuh
Pucat tanpa degub yang mampu menghidupkan

Kau salah...
Jika menganggapku tak pernah ada
Aku tak pernah abaikan
setiap detik yang kau ada teraba
Juga dengan harum serupa bunga

Kita pernah berbincang
Tentang halimun di ujung pematang
Tentang malam yang resah menanti bintang
juga tentang cinta pada angin dan kabut yang datang.

Kita pernah
mengajak serta waktu menjadi teman diam.
Jejak telah kau tinggalkan,
Jangan hitung detik kebersamaan
Biar saja mengabadi menjadi kenangan

Wednesday, March 07, 2007

REUNI

Ketika kita mencoba lupakan
yakinlah bahwa kenangan itu sememakin meresap ke dalam
Layaknya hujan yang terserap, meski hilang dari pandangan...
Namun dia melembabkan kerontang tanah gersang di ladang harapan

Jangan hitung, waktu yang kita lewatkan tanpa senyuman
Juga tangistangis penyesalan
Bukankah ini saatnya pertemuan?
Bingkai saja dalam kesederhanaan

Meski bintang tak terang mewarnai perjumpaan
Namun masih ada redup rembulan
yang setia menanti di ujung gang
Dan bila masih ada esok datang
Biarkan serbuk cahaya menyilaukan pandangan
Menyapa ramah pada ilalang
yang bergoyang kehilangan pegangan

Tak perlu angkat gelas untuk bersulang
Cukuplah jabat erat persahabatan

: senangnya bertemu lagi denganmu

Tuesday, March 06, 2007

Tuliskan Aku Bait Puisimu

Pada jam tua yang berkarat
Di nol kilometer, pusat kota yang sempit
Aku pernah meminta
Padamu, untuk menuliskan bait puisi

Pada malam
yang di dalamnya tanpa sengaja kita bertemu
ribuan kunangkunang kau kirim padaku
Sebuah wujud perwakilan diri, katamu

Tuliskan aku bait puisi
sekali lagi pintaku
Bangku beton ini jadi saksi
Juga semangkuk kacang hijau hangat ini

Monday, March 05, 2007

Kita...di titik nol

Hendak kemana langkah ini akan kita bawa?
Sejatinya perjalanan akan berakhir pada satu tujuan
Entah berakhir pada sebuah senja
Atau pada malam yang dicumbui bintang
Kita melangkah saja
Dengan hati yang masih dirimbuni tanya

Kita t'lah ada di titik ini, sayang
sebuah ruang berdinding kaca
Terbaca langit dari dalamnya
Juga kerumunan awan
yang tak bosan bertengger di atap langit hampa

Katamu "kita seperti dua kelinci dungu"
Berlari kesana kemari
Tanpa tuju

kita tlah ada di titik ini, sayang
di titik nol
:sebuah kandang kelinci tolol

Friday, March 02, 2007

Mungkin Nanti

Tentang harap yang memutik; Biarkan saja layu..
Berguguran tanpa makna apaapa

Mungkin nanti...
Kau tak akan lagi temui
Aku yang biasa menanti
Dengan hati
dan harum melati

Mungkin nanti...
kau tak akan lagi temui
karena aku telah pergi

Bugisan/01.08 Hrs

This page is powered by Blogger. Isn't yours?

Subscribe to Posts [Atom]