Wednesday, September 27, 2006

MENCARI


Danau kecil nyaris kering
Memantulkan wajah pasi
Beriak air dikacau angin
Menyisakan jiwa dalam keterasingan

Kubawa pengalaman berlari
Menuju suatu tempat
Bumi asing yang lain
yang menjauhkanku dari rasa yang mati

Bungkam mulut biarkan saja
tak mau aku terkurung
Dalam ruang dinding kokoh ini
Lantak dijejali tanya
Yang kebingungan aku mencari jawabnya

INTERLUDE RINDU


Menggelar senja melankoli
Dalam lembaran tikar kusam hati yang menggelepar
Bukan sepi mencipta rindu
Ketiadaan menguatkanku
Dengan adamu berkelebat di belantara hati nan layu
Menyanyikan lagu sendu
Interlude rindu

Hampir senja...
Matahari bulat merah di ufuk sana
Kutitip pesan
Lewat awan berarak di langit abu-abu
Untukmu pemuja malam
Pencinta hening
Dengarlah denting dawai hati yang mengalun

Sumbang tak berirama

Tuesday, September 26, 2006


:S

Kau muak?
Aku lebih
Kau marah?
Aku tidak

Diam yang kupilih
sambil memilin hati
Membiarkan diri berkubang dalam tanya
sampai kapan mampu bertahan


*konfrontasi yang kau pilih?

Saturday, September 23, 2006

Ziarah


Ini kelopak terakhir bunga kamboja
yang kupetik di dahan tak berdaun
Sementara yang lainnya berserak gugur
Setelah layu, tak lagi harum

Kutabur bunga tujuh rupa
Di pusara entah siapa
Bibir yang berucap doa
dan hati yang dipenuh tanya
Kapankah tiba saatnya
Akupun berada di dalamnya

Masih dalam gamang
Ketika kuantar mentari pulang
Tenggelam diantara batu nisan

*Kuncen/16 September 2006

BAHAGIALAH


Kau sibuk menghitung banyak bekas luka
Di sekujur tubuhmu yang lebam
Tapi kau lupa...
Meski satu pintu kebahagiaan tertutup
Namun lihat di sana
Terbuka pintu bahagia yang lain
Jadi..
Tak ada alasan untuk bersedih
Menangis atas symptom sakit hati
Yang telah mengucilkan diri
Jauh di sudut sunyi


Seharusnya tak lagi kaubaca
Catatan yang telah menjadi sejarah
Tentang rasa sakit yang terus saja mendera
Biarkan saja berlalu di sana

Punguti hati yang beserpih
Lalu jalin simpul yang terurai itu
Bukan simpul mati
Ikatkan saja yang erat
Bentuk menjadi pita
Seperti kau mengikat tali sepatumu

Berlarilah lagi
Sekecang angin
Bangun lah dari mimpi dan angan angan
Yang membiusmu hingga mabuk
Tegaklah sekokoh karang
Tak ada luka tak terobati

Membincang Sunyi


Membicang sunyi
Yang kian menggerogoti
Tiang-tiang keangkuhan hati
Mendamparkan aku di langit biru
Terbang tak tentu

Sementara lelah sayap sebelah patah dikepakkan
Mohon bantu padamu duhai angin
Hembuskan sedikit kesejukan
Setelah letih saja yang selalu datang

Friday, September 22, 2006



Aku merutuki sepi yang tak jua mau pergi
Lalu kugelar saja dialog imajiner
Aku...Kamu
Di atas aspal legam dan panas
Yang mengantarku pulang pada kesejatianku

Aku mencari
Bayangmu memudar lalu hilang
persis seperti asap kopi
Yang kunikmati sore ini

Tak ada tawa lepas di seberang
Dan aku masih mencari
Kamu..di tumpukan buku
Yang minggu lalu sempat kau ceritakan
juga di halaman-halamannya
Tak ada...

Segurat ungu t'lah kau torehkan
Di hati bisu menanti hadirmu


*apa dan untuk siapa?

Sunday, September 17, 2006

Perahu Kertas


Apakah kau mencari muara?
tampat akhir dirimu bersinggah
dengan sepi yang bersijingkat menghampiri
dengan sepoi angin yang menawarkan damai
yang mengantarmu ke tubir pengharapan

Tak cukup kuat duhai engkau
hanya bak helaian rapuh dan hancur tersentuh air
lebur dan menjadi persembahan di altar suci
Kemari...
Beri jemarimu untuk kudekap
jangan terlanjur lebur

Biarlah kesunyian bertemanmu
Menggulungmu dalam lafal nyanyian kebahagiaan
Agar tak melulu luka yang kau rasakan

*untuk seorang sahabat

Saturday, September 16, 2006

a
k
u

L
e
l
a
h

Friday, September 15, 2006

:S

Lagi...
Tak bosan kau pecundangi
Aku yang ingin lari dari medan peperangan yang kau ciptakan
Kau membuatku membenci diriku sendiri
Membuangku seperti kertas-kertas yang sudah kau coret
Lalu kau remas..kemudian kau campakkan

Aku terlanjur terbakar dan memuai
Dalam semesta kecil berjurang landai
Lalu bila kau tak mampu menjangkau
Cahaya kilau gemilau di sekelilingmu
Aku kau anggap sebagai baramu
Waktu t'lah membuatmu lupa
Kekuasaanpun juga

Aku pernah...
Menyapamu dalam embun di pagi yang rekah
Namun kau memilih matahari
Bergolak panas dan memecah

Terima kasih atas segala kebisingan yang kau cipta
Kini kau mampu membuat langkahku patah
tertawalah !!!

Look at the stars; look how they shine for you
And everything you do
they were all yellow

I came along; I wrote a song for you
And all the things you do
And it was called yellow

So then I took my turn
Oh what a thing to have done
And it was all yellow

Your skin, oh yeah your skin and bones
Turn into something beautiful
D'you know?
You know I love you so
You know I love you so

I swam across; I jumped across for you
Oh what a thing to do
'Cos you were all yellow

I drew a line; I drew a line for you
Oh what a thing to do
And it was all yellow

And your skin, oh yeah your skin and bones
Turn into something beautiful
D'you know?
For you I bleed myself dry
For you I bleed myself dry

It's true
Look how they shine for you

Look at the stars
Look how they shine for you
And all the things that you do


*lagu enakkk banget

Monday, September 11, 2006


Seperti alang alang
Tumbuh liar menjulang
Tak terkendali
Telapak tangan rapuh berdarah
menggenggam, mencoba mencabut akar yang menghujam dalam

Seperti alamanda
Yang tak sengaja tumbuh
Merambati dinding taman hati
Kelopak berbunga kuning
Tak meninggalkan harum

Begitupun kau dan kau...

Aku tak pernah meminta
Maka kau tak perlu memberi


: eN

Berjubal tanya
Akan adamu yang mistik
Kadang datang...sering menghilang
Kadang melagu rindu

Di siang yang memanggang
Ubun ubun menguap
Asin peluh mengalir deras
seirama hadir tak terbaca

Kau seperti hantu
Tak pernah tau hati yang merindu

Sajak sunyi di pagi hari


Secangkir kopi pagi ini
Pahit...
Lagi lagi bisu yang menjadi teman
Ku pungut kepingan kata
Yang jatuh tercecer
Tumpah dari bejana pecah

Gemeriap daun bambu tersapu bayu
Kontras dengan siang yang semakin tua dan sombong
berseberangan dengan gedung yang menjulang
Juga kemarau yang meniupkan resah

Kuhempaskan sel sel darah yang memberontak dalam pembuluh
Seperti amarah yang menjalar
Kemudian meremas
Memasung sisa keberanianku
Untuk membentangkan mimpi
Yang sebentar lagi menjadi permadani


Terngiang ratusan huruf
yang melompat lompat dari mulutmu yang bau
Kututup telinga memekakkanku
Kututup hidung karena polusi udara
Ahhh aku muak dengan segala teorimu

Katamu..
akar yang menghujam dalam dan tercerabut
Akan merusak perdu di sekililingnya
Kali ini takkan kubiarkan
Kaulah yang seharusnya patah
kaulah..

Saturday, September 09, 2006

Hilang


Membongkar kembali
laci kenangan
tempat menyimpan cerita
usang yang pergi dan datang
Lalu kerinduan menjejali dada
Kumulai menggambar air mata
lalu hujan
lalu halilintar
kemudian badai
hancur
lebur semuanya
tak bersisa
kemudian hilang

Friday, September 08, 2006

Cahaya Bulan


akhirnya semua akan tiba pada suatu hari yg biasa
pada suatu ketika yg telah lama kita ketahui
apakah kau masih selembut dahulu
memintaku minum susu dan tidur yang lelap sambil membenarkan letak leher kemejaku
kabut tipis pun turun pelan-pelan di lembah kasih
lembah mandalawangi
kau dan aku tegak berdiri melihat hutan” yg menjadi suram
meresapi belaian angin yg menjadi dingin
apakah kau masih membelaiku semesra dahulu
ketika kudekap, kau dekaplah lebih mesra
lebih dekat
apakau kau masih akan berkata
kudengar dekap jantungmu
kita begitu berbeda dalam semua
kecuali dalam cinta
cahaya bulan menusukku dengan ribuan pertanyaan
yg takkan pernah aku tahu dimana jawaban itu
bagai letusan berapi bangunkan dari mimpi
sudah waktunya berdiri mencari jawaban kegelisahan hati


*Nicholas S.

Thursday, September 07, 2006


Anak kecil itu
tertatih berjalan tanpa alas kaki
Rambutnya merah
Mukanya hitam, namun pipinya merah
Ranum terpanggang matahari siang

Anak kecil itu
Belum belasan
Masih ingusan

Tangannya kecil
Kakinya kecil
Bernyali besar

Tanpa ibu bapak
juga siapapun
Ibunya mati ketika melahirkannya
Bapaknya kawin lagi
Terpikat janda kembang tetangganya

This page is powered by Blogger. Isn't yours?

Subscribe to Posts [Atom]