Monday, July 17, 2006

TENTANG ORION

Di saat semua penghuni bumi menarik selimutnya, kemudian terlelap menjemput mimpi. Kala penghuni langit memilih untuk diam di tempatnya atau berputar teratur pada orbitnya, dan di saat langit menjadi pekat ditemani sunyi, kau hadir menjulang berkilauan di tengah puluhan rasi bintang yang mengepungmu. Gagah dengan busur dan anak panahmu yang siap kau lesatkan.

Terperangah aku menatapmu. Kita bersebelahan..berdampingan bahkan, aku di sebelah selatanmu. Namun sayang, kita saling menikmati diam. Diam yang mungkin kau nilai suatu sikap paling benar dari sekian banyak laku yang menyudutkan. Diam yang mengasingkan , menjauhkan raga dan hati yang dipenuhi tanya yang aku tau tak kan berjawab hingga di ujung waktu. Aku tertunduk saja, dengan cahaya lemah di bulan yang tak layak untuk pijarku. Kucuri pandang sesekali hanya untuk menyaksikan kelebatmu di rimba angkasa raya.

Kutanya pada vela, bintang yang lebih dulu padam dalam sejarah, hanya sekedar menanyakan bagaimana rasanya padam. "sakit"jawab vela lirih. Vela yang lebih dahulu mengalami supernova, bintang bintang yang bertubrukan, pacah, kemudian padam, MATI...Namun sebelum padam, sinarnya terang, indah mempesonakan.

Bila waktu itu kan tiba, menagihku untuk mengalami hal yang serupa. Bersinar terang kemudian padam. Biar kulihat saja Orion bersanding gagah, dengan rasi bintang indah di sebelahnya. Biar kucatat saja, dalam lembaran buku sejarah tata surya. Dan aku dalam gugusan bintang yang menanti padam menjelang.

*Ketika hujan rintik membasahi pipi
Nai/Bugisan 130706

Comments: Post a Comment

Subscribe to Post Comments [Atom]





<< Home

This page is powered by Blogger. Isn't yours?

Subscribe to Posts [Atom]