Friday, August 10, 2007
Aku membaca Aku, di Bekunya Biru
Aku membaca kerinduanmu...
atas kesederahanaan sikap dalam menjalani hidup
Aku mulai bisa menemukan kemana muara dari puisi puisimu
ialah kepada seseorang yang
berarti dimasa lalu dan tiba tiba pergi begitu saja.
meninggalkan akar-akar ilalang.
Ia tetap bernafas dikedalaman timbunan tanah jiwamu.
Jika tiba saatnya hujan, dia akan menyembul kepermukaan dan kau akan
dengan setia mencabutinya, meskipun telapak perih dibuatnya.
Seseorang yang tidak pernah pergi dari hati...
itulah alamat keresahanmu, Bukan begitu ?
"Apakah penghuni bumi masih punya nurani?"
tanyamu di sela keriap angin menerpa dedaunan bambu.
"Tentu saja" jawabku pasti.
Kau boleh menyandarkan kebahagiaan hati kepada orang lain.
Boleh !!!
Kau tidak sedang menggantungkan setengah badan ditiang awan.
Kau tau'
Hadirmu ibarat malaikat, tiba tiba menghangatkan ketika aku tengah
bercumbuan dengan bintang, awan dan jejak bulan.
Lalu... engkau menjadi janji yang selalu menepati.
Datang setiap pagi dan sepanjang hari
menghangatkan, menyinari setiap kegelapan yang menyembunyikan
semuanya dari pandangan bumi.
Aku..membaca aku
Hari ini
Di bekunya biru
Di birunya beku
Salahkah menurutmu?
Comments:
<< Home
wahh, unai dan uda udah "maaf2an", berarti memang udah gak ada yang salah lagi, hihihihi...
lagian, bekubeku baca nyang birubiru, ntar mah jadi saru...
Post a Comment
lagian, bekubeku baca nyang birubiru, ntar mah jadi saru...
Subscribe to Post Comments [Atom]
<< Home
Subscribe to Posts [Atom]