Wednesday, October 31, 2007

Kabut Air Mata













Bu...
Aku berjingkat mendekati pusaramu
Merah dadu disemaki rumput teki dan
rumpun bunga
Aku pulang, Bu...
dengan ransel sarat rindu
juga mata yang berkabut

Aku bicara padamu, dalam keterbataan
Berharap bait doaku melangit dan sampai padamu
Aku bicara padamu
Dengan hati, cukup dengan hati
Bahasa penyatu dunia yang tak lagi sama

Musim berubah kini, Bu...
Angin berputar haluan
Waktu telah mengalami percepatan
Seperti petuahmu dulu ;
"Nak, waktu bak ujung tombak, Jangan lena pada romantisme sejarahmu"

Bu... tolong ulur tanganmu tepis sedikit saja kabut air mataku


Comments:
semoga sumur jiwamu terisi penuh dengan kepulanganmu pada ruh yang melahirkanmu
kerinduanmu dan kerinduannya semoga menyatu dalam pikir, mewadag dalam karyamu, sampai waktu mempertemukan kembali, pada satu ketika
 
@Aroenbinang : membaca komenmu membuatku menitikkan air mata, duh cengengnya aku ini ya
 
Bu...
Dalam terpekur ku terus menyebut namamu
meniti sejarah yang telah kau lempangkan jalannya buat ku

i love you, bu
lebih dari yang kau tahu...
 
@Uda: wah pandai puisi juga uda ini ya...terharu dibueknyo da
 
doa anak kepada orangtuanya pasti diijabah Tuhan. Amiin.
 
Ibu

padamu ku tak bosan
tuk selalu katakan
:
aku rindu


PS:
Jeng, jangan sedih ya..
Jadikan kerinduan itu semangat yang tak pernah habis!

Luv u
 
salam kenal... puisi2mu indah2. kenapa ada yg hilang ato sengaja dihilangkan?! kapan2 saya pesen puisi bolehkah?
 
halah...
 
puisinya menyentuh sekali.
 
Baguuuuu...jadi sedih.....
 
Baguuuuus...jadi sedih......
 
mengapa tidak:)
 
Post a Comment

Subscribe to Post Comments [Atom]





<< Home

This page is powered by Blogger. Isn't yours?

Subscribe to Posts [Atom]