Thursday, October 25, 2007

Surat Kepada Sahabatku DD

Surat ini sengaja tak kualamatkan ke rumahmu. Aku lebih memilihnya menulis di sini saja, berharap suatu saat nanti kau membacanya, menemukan kepingan cerita sesungguhnya, seperti aku memunguti puing kenangan yang tercecer di antara jalan yang dulu kerap kita lalui.


Lama kita tak jumpa ya D? Seingatku, kita berpisah sesaat usai ceritaku akan mengakhiri lajangku. Kita sama sama menangis ketika itu. Entah menangisi apa? Menangisi perpisahan kita? Menangisi apa??? Entahlah...Yang pasti saat itu ada pedih yang mengiris hati...karena untuk pertama kalinya aku tau', bahwa kau juga mengharapkanku, menginginkanku untuk tetap tinggal bersamamu...menghabiskan remah-remah masa kecil kita yang nyata indah. Kita tidak bertemu di tempat yang salah, namun kau menyatakan rasa pada waktu yang salah.

Mengapa? Mengapa tak dari dulu kau katakan? Mengapa kau biarkan aku mencari sendiri jawaban yang berlarian, seperti kaca yang tak dapat menangkap tempias hujan ; lincah berlarian di permukaan.

Lalu untuk apa sesal yang membelit ini? tak ada guna lagi. Kita tak lagi bisa mengulang seluruh cerita indah yang pernah kita cipta, sekalipun dalam angan angan. Aku sudah memiliki orang lain yang begitu tulus memberikan hatinya untukku, dan kamu... kamu juga sudah bersama Dewimu, seseorang yang pasti berhati tulus, aku tau itu dari caranya menatapmu.

Tak cukup hitungan jari ini jika diurai betapa banyak waktu yang pernah kita lewati, dulu. Tak terhitung juga kenangan indah tersemat di antaranya. Almanak sudah berganti entah sudah berapa ratus kali purnama? dan kau tetap saja ada...masih menjadi bagian dari setiap peristiwa yang kini aku alami. Sejarah kita eksis D, berhasil, gilang gemilang dalam ingatanku....Tak apa tetap ada, dan akupun tak lantas larut berlama lama dalam kilas pertemuan kita yang singkat kemarin itu. Sadarlah, kita harus berakselerasi dengan masa depan, D...Kita harus !!!

D, aku mengenalmu sebagai sahabat yang sederhana, dikelilingi banyak teman meskipun cenderung pendiam. Kamu bicara secukupnya dan menatapku secukupnya. Tak ada perhatian khusus yang kau tujukan padaku, kiriman bunga apalagi, juga cerita yang bernada cinta. Lagu-lagu yang kerap kau pilih untuk kita nyanyikan bersama tak satupun menyiratkan bahwa kau menyimpan "rasa" untukku. Lalu bagaimana mungkin aku bisa tau kau mencintaiku tanpa kau mengatakannya padaku?

Secangkir teh camomile pagi ini, tak cukup menghapus sedih dan memulihkan perasaan rinduku pada masa lalu. Pada masa yang kita habiskan bersama di tepi kolam ikan di ujung komplek perumahan itu, atau saat kita menghabiskan sore nan basah di lapangan tenis dekat rumahku, terbahak bersama, menertawakan kekonyolan kita, melempari buah rambutan tetangga, bersepeda, duduk berlama di lapangan basket yang lengang, dan lainnya...dan lainnya...

Aku masih menyimpan korek api merah milikmu, yang kerap kau pakai untuk menyalakan rokok. Korek itu kurampas karena aku tak suka asapnya. Aku masih menyimpan kemeja coklat muda dengan motif kotak kotak milikmu yang dengan sengaja kita tukar dengan kemeja biru tua dengan motif sama milikku, bahkan kamu tau? kulit kacang yang kau pakai untuk menggambar bentuk hati di atas meja kala kita bercakap di teras rumahkupun aku masih menyimpannya. See..bahwa aku masih mengingatmu sebaik baiknya.

Mataku masih berkaca-kaca sejak kemarin tertimbun berton ton hujan yang tercurah begitu saja... aku harus mengakhiri surat ini. Simpan saja kenangan masa kecil kita D..simpan saja....

Comments:
Tertitip salam hangat untuk DD, untuk kenangan indah yang tetap hidup dalam ingatan, Dik...
 
uhhh mengharukan
 
Beberapa lelaki kadang agak susah mengungkapkan perasaan hatinya, bisa saja krn malu, enggan merusak persahabatan yg sdh terjalin, atau bahkan takut bertepuk sebelah tangan... Biasanya perasaan yang ada dihatinya lebih diungkapkan dengan perilaku dan tindakan.
Sebagai perempuan timur, dari kecil kita sdh dididik untuk mennggu...tidak pantas wanita mengungkap perasaannya lebih dahulu. Mengapa tidak pantas? Entahlah, saya sendiri belum mengerti alasannya. Jadi kalau peristiwa mengharukan ini terjadi jadi....ya "tembak aja langsung". Iya kan nai...?! Ditunggu lanjutan cerita mudiknya...
 
bagus mbak....seperti cerpen saya yang pernah saya muat dlm blog saya...:) ternyata ada juga ya versi aslinya.....keren...
 
mengharukan banget kisah dan cara penulisannya. Salut...
 
Post a Comment

Subscribe to Post Comments [Atom]





<< Home

This page is powered by Blogger. Isn't yours?

Subscribe to Posts [Atom]