Saturday, June 23, 2007
Tentang Sebuah Tanya
Friday, June 22, 2007
Wednesday, June 20, 2007
Aku mengapung sendirian dalam kesunyian
Sudah jauh jalan tertempuh
Mungkin tak ada yang tertinggal selain tapak sepatumu
Bahkan aromamu-pun tidak
Biarkan logika berlalu
Memilih jalannya sendiri seperti juga kamu
dan aku...
kau biarkan terbang
mengapung diudara dalam kesendirian
Kesunyian yang semula kau sumpah serapahi
Janji untuk bertemu
Tumpah, lagi lagi di udara dan tidak menyisakan apa apa
Tidak ada, selain harap
yang kemudian hinggap, menetap di palung kalbu
Mari kita tengok lagi waktu
Ia berceloteh riang, tak hirau aku yang tergugu
di depan cerimin-cermin retak membisu
Tak perduli...
Aku mengapung sendirian dalam sunyi yang kau ciptakan
Tamantirto Juni 2007
*) sebuah catatan kecil tempat bercermin
Mungkin tak ada yang tertinggal selain tapak sepatumu
Bahkan aromamu-pun tidak
Biarkan logika berlalu
Memilih jalannya sendiri seperti juga kamu
dan aku...
kau biarkan terbang
mengapung diudara dalam kesendirian
Kesunyian yang semula kau sumpah serapahi
Janji untuk bertemu
Tumpah, lagi lagi di udara dan tidak menyisakan apa apa
Tidak ada, selain harap
yang kemudian hinggap, menetap di palung kalbu
Mari kita tengok lagi waktu
Ia berceloteh riang, tak hirau aku yang tergugu
di depan cerimin-cermin retak membisu
Tak perduli...
Aku mengapung sendirian dalam sunyi yang kau ciptakan
Tamantirto Juni 2007
*) sebuah catatan kecil tempat bercermin
Friday, June 15, 2007
Aku Tak Akan Menyerah Pada Malam
Kukayuh biduk sampai jauh
Meski laut hari ini mendendang nyanyian pilu
Kata membias, awan pias
di ambang waktu dan celah ranting kering bebukitan
Kusibak pintu ombak
Dengan kayuh merengkuh waktu
Menuju tepi...
berbekal kiriman doa, bunga, dan cinta
yang bertebaran di sisi cadik yang kutumpangi
Aku tak akan pernah menyerah
pada malam yang menyimpan rahasia
juga pada kelam yang mencintai kecemasan
karena di sana...
ada bintang sang penunjuk arah
Hasratku tak padam, meski usia berkurang
Aku ingin memberi arti
untuk sisa umurku ini
Meski laut hari ini mendendang nyanyian pilu
Kata membias, awan pias
di ambang waktu dan celah ranting kering bebukitan
Kusibak pintu ombak
Dengan kayuh merengkuh waktu
Menuju tepi...
berbekal kiriman doa, bunga, dan cinta
yang bertebaran di sisi cadik yang kutumpangi
Aku tak akan pernah menyerah
pada malam yang menyimpan rahasia
juga pada kelam yang mencintai kecemasan
karena di sana...
ada bintang sang penunjuk arah
Hasratku tak padam, meski usia berkurang
Aku ingin memberi arti
untuk sisa umurku ini
Monday, June 11, 2007
Selamanya Kau Akan Tetap Ada
Aku menemukanmu di semesta mungil tak berpenghuni
Hampa udara, dan kita mengapung di sana
Saat itu lentik jemarimu menoreh bait menjelma kata,
membentuk gugusan puisi
Indah penuh makna
Kau lewati pintu yang sedianya tak terkunci
Berlalu...berlalu saja
Melempar senyum, menawarkan damai
Sama seperti ketika aku melenggang
di peron berisi bangku-bangku
yang juga menawarkan obat mujarap bagi penat
Gelap mengintai kita di lengang lalang
dan kau...
adalah dongeng yang menjelma nyata
Wujud dan juga bayang
Sebagian nyata, sebagian lagi entah di mana
Namun...
Selamanya...Kau akan tetap ada
Bertahta, memahkotai mimpi yang terlanjur bisu
Hampa udara, dan kita mengapung di sana
Saat itu lentik jemarimu menoreh bait menjelma kata,
membentuk gugusan puisi
Indah penuh makna
Kau lewati pintu yang sedianya tak terkunci
Berlalu...berlalu saja
Melempar senyum, menawarkan damai
Sama seperti ketika aku melenggang
di peron berisi bangku-bangku
yang juga menawarkan obat mujarap bagi penat
Gelap mengintai kita di lengang lalang
dan kau...
adalah dongeng yang menjelma nyata
Wujud dan juga bayang
Sebagian nyata, sebagian lagi entah di mana
Namun...
Selamanya...Kau akan tetap ada
Bertahta, memahkotai mimpi yang terlanjur bisu
Seseorang yang warna matanya seperti ibuku
Kugeledah rautmu
Rambut lurus menjuntai lemah
Menaungi sepasang alis teduh
yang setia membingkai kelopak nan sayu
Itu mata ibuku...
kataku perlahan, berisik...sambil tetap menggeledah
Mencari makna di sela riap lelah
Bertanya, diantara dentum meriam kerinduan
yang memekakkan
Adakah laut dan aurora pekat malam menjadi bagianmu?
Katakan saja iya...
Meski mungkin kau lebih mencintai pegunungan
yang lengkap dengan sepi
Masih kugeladah rautmu
sekedar memastikan
Kau..pemilik mata coklat
teduh...berkedip pelan
Meluruhkan butiran bening yang menetas ketika haru
Rambut lurus menjuntai lemah
Menaungi sepasang alis teduh
yang setia membingkai kelopak nan sayu
Itu mata ibuku...
kataku perlahan, berisik...sambil tetap menggeledah
Mencari makna di sela riap lelah
Bertanya, diantara dentum meriam kerinduan
yang memekakkan
Adakah laut dan aurora pekat malam menjadi bagianmu?
Katakan saja iya...
Meski mungkin kau lebih mencintai pegunungan
yang lengkap dengan sepi
Masih kugeladah rautmu
sekedar memastikan
Kau..pemilik mata coklat
teduh...berkedip pelan
Meluruhkan butiran bening yang menetas ketika haru
Friday, June 08, 2007
Kuberangkatkan Jua, Akhirnya
Kuberangkatkan Jua, Akhirnya
Bersama kepergian hujan
terserap tanah lalu hilang
tak menyisakan apapun, selain genangan
tempat nyamuk berpesta senang
Musim masih enggan menjemput tanah yang kita huni
Kali ini kita harus lebih sabar menanti
atau kau lebih memilih pergi ?
Seperti hujan kemarin sore yang membasahi
Ah...mungkin lebih baik
kuberangkatkan jua ini cadik
menuju harap tak tentu
terserah angin saja yang membawanya laju
Bersama kepergian hujan
terserap tanah lalu hilang
tak menyisakan apapun, selain genangan
tempat nyamuk berpesta senang
Musim masih enggan menjemput tanah yang kita huni
Kali ini kita harus lebih sabar menanti
atau kau lebih memilih pergi ?
Seperti hujan kemarin sore yang membasahi
Ah...mungkin lebih baik
kuberangkatkan jua ini cadik
menuju harap tak tentu
terserah angin saja yang membawanya laju
Subscribe to Posts [Atom]